Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out
Selamat Datang di Blog Dena Kesmas Unsoed Semoga Informasi yang Saya Berikan Berguna untuk anda. Jangan lupa isi Komentar anda pada Buku Tamu yang kami sediakan berupa Pesan, Tanggapan, dan Saran.Terima kasih atas kunjungannya, semoga anda Sehat... selalu..!

Minggu, 19 September 2010

REAKSI JEJAS

Minggu, 19 September 2010
Jejas (injury): trauma/luka
Penyakit: merupakan manifestasi adanya defek/kerusakan struktur sel dan berkaitan dgn komposisi matrik ekstraseluler dimana sel itu berada
Pada tubuh yg normal terjadi keseimbangan (homeostasis) maupun koordinasi dlm mempertahankan keadaan fungsi normalnya.
Organ tubuh berdiferensiasi menjadi unsur penting disebut parenkim dan yg bersifat sebagai penyangga disebut stroma.
Substansi interseluler dalam jaringan disebut matrik.

4 macam sel berdasarkan fungsinya
1.      Sel jaringan epitel (ikatan antar sel erat, tdk dpt dilalui cairan), mensekresi ke perm langsung (mukosa); sebagian melalui sistem ductus/kelenjar (eksokrin); sebagian langsung ke darah (endokrin)
2.      Sel jaringan penghubung: mamproduksi substansi matriks ekstraseluler, bersifat protein, tugas:
a)      Menopang membrana basalis, bersama zat yg mrp produk gol lain  membentuk sel lemak, sel otot polos, sel tulang rawan, sel tulang.
b)      Memproduksi, memodifikasi dan remodeling tulang dan tulang rawan.  Dlm hal ini fibroblast berdiferensiasi menjadi osteoblas, osteosit, chondroblas dan chondrosit. Sel darah: eritrosit, Leukosit (monosit, netrofil, basofil, eosinofil)
3.      Sel jaringan otot: gerak kontraktil t.d: 1. otot skelet (rangka), corak/lurik seran lintang, 2. otot jantung, 3. otot polos, 4. mio-epitel (extoderm)
4.      Sel jaringan saraf di bagi 4 (iritabilitas & kapasitas hantaran impuls). Fungsi: Isolator tiap neuron (oligodendroglia), pemusnah debri-iritans (mikroglia), sawar jaringan otak dan repair (astrosit)

Variabel jejas meliputi: jenis (quality), intensitas dan periode
n  Jenis jejas:
1.   endogen: bersifat defek genetik, faktor imun, produksi hormonal tidak adekuat, hasil metabolisme tidak sempurna, proses menjadi tua.
2.   eksogen: agen kimiawi (zat kimia, obat (intoksikasi/hipersensitivitas); agen fisik(trauma, ionisasi, radiasi, listrik, suhu); agen biologik (infeksi mikroorganisme, virus, parasit, dsb).
n  Reaksi sel terhadap jejas, dpt berakibat berbeda-beda, berdasar:
intensitas dan periode jejas maka akan terjadi adaptasi yaitu penyesuaian terhadap lingkungannya.
Sel yg terkena jejas dpt mengalami kerusakan yg sifatnya:
a)      Reversibel: dapat mengalami serangkaian perubahan dua arah (dapat kembali seperti semula)
b)      Ireversibel: Tidak dapat kembali seperti keadaan semula.

SKEMA REAKSI SEL TERHADAP JEJAS MENURUT INTENSITAS PERIODE BERLANGSUNGNYA
Jejas sel-1

PERBEDAAN SEL NORMAL DAN SEL TERJEJAS
Ireversibel

n  Jejas pada masa mudigah (pembentukan janin): dpt terjadi kegagalan total
n  Jejas subletal-letal pada tahap somatogenesis-organogenesis maka bayi dpt terjadi kelainan kongenital sifatnya tunggal/multipel, unilateral atau bilateral
n  Kelainan kongenital dpt: agenesis organ krn tdk ada anlage (kuncup embriogenesis, organ tidak terbentuk) maupun aplasi (anlage ada tetapi tidak tumbuh) atau hipoplasi (anlage ada tetapi pertumbuhannya tdk pernah mencapai ukuran normal)
n  Bentuk reaksi sel thp jejas dari aspek perubahan fungsi atau struktur sel:
1)      Retrogresif (kemunduran/degenerasi)
2)      Progresif (Berjalan terus tetapi tambah buruk (penyakit)
3)      Adaptasi (penyesuaian: atropi, hipertropi, hiperplasi, metaplasi)

1.      Atropi : bertambah kecilnya ukuran sel yg sebelumnya berkembang sempurna dan ukuran normal, sifat fisiologik (contoh proses menua) maupun patologik (marasmus dan kwasiorkhor)
2.      Hipertropi: ukuran sel, organ/jaringan mjd lebih besar dari uk normalnya. Sifat fisiologik (otot skelet pada binaraga) maupun patologik (bengkak krn radang)
3.      Hiperplasia (ukuran sel tambah besar, diikuti dgn proliferasi sel) contoh pada kanker.
4.      Metaplasi yaitu perubahan dari jenis sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lainnya.
Etiologi: adanya rangsang terus menerus atau karena radang kronis.
            Contoh
epitel columner simplex metaplasi menjadi epithelium squamous complex  (metaplasi squamousa)
Ada 2 macam metaplasi:
            1. Metaplasi epithelial
Terjadi pada epitel bronkhus pada perokok  atau penderita bronkitis, cervix uteri dan defisiensi Vit A
Maksud: melindungi/proteksi, tetapi epitel yang metaplasi kehilangan fungsi sekresi lendir
            2. Metaplasi mesenchimal
Terjadi pada: fibroblast metaplasi menjadi osteoblast, chondroblast pada trauma jaringan
            Maksud: sebagai adaptasi sel
5.      Displasia:
Pertumbuhan sel/sekelompok sel yang perubahannya ke arah kemunduran atau metaplasia yang terus menerus tanpa mereda, bila tdk segera diatasi terjadi perubahan ke arah ganas Intra epitelial (insitu) atau karsinoma tahap dini.
6.      Degenerasi:
Keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler (termasuk metabolisme protein, KH dan lemak) yg disertai perubahan morfologi, akibat jejas non fatal. Perubahan yang terjadi masih dapat pulih (reversibel). Sel terkesan menggembung (bengkak) dan sitoplasma tampak keruh.

MEKANISME KERJA BERBAGAI FAKTOR ETIOLOGI JEJAS SEL
Penyebab jejas:
l  Iskemi (defisiensi darah pada suatu bagian) dan hipoksia (penurunan kadar oksigen pada jaringan)
l  Radikal bebas (termasuk oksigen teraktivasi)
l  Zat toksik (termasuk obat-obatan)
Penyebab yg sukar diprediksi:
l  Reaksi imunologik (contoh: Anafilaktik/alergen/obat)
l  Defek genetik berhub dgn defek metabolisme enzim
Penyebab yg universal, sifat merata dan tdk dpt dihindari: proses aging dan trauma psikis.
a)      AGING
Penyebab multifaktorial
l  Teori Wear & Tear (teori radikal bebas, teori modifikasi pasca translasi, teori akumulasi zat sisa dan teori penyimpangan pembentukan protein
l  Teori konsep dasar genetik, meliputi teori pembelahan sel yg terbatas, teori mutasi somatik acak, teori penuaan terprogram
Manifestasi klinik aging:
         Melemahnya organ penyangga tubuh
         Atropi senilis
         Katarak
         Respons imun turun
Upaya preventif:
Konsumsi antioksidan untuk mencegah kerusakan DNA, RNA, dan protein (Vit E, glutation peroksidase selenium, senam kebugaran).
Proses penuaan prematur: patologik (progeria)
b)      ISKEMIA DAN HIPOKSIA
ISKEMIA (Ischein=menekan, haima = darah) defisiensi darah pada suatu bagian, akibat konstriksi fungsional dan obstruksi pembuluh darah.
Etiologi:
  1. Konstriksi fungsional pembuluh darah yaitu tdk ada kelainan dinding pembuluh darah, gangguan persyarafan otonom, rangsang psikis, atau rangsang mediator vasokonstriktif  lokal akibat kerusakan jaringan lokal dan atau sistemik bila mediator vasokonstriksi beredar dalam darah.
  2. Obstruksi lokal atau krn adanya komponen yg ikut aliran darah berupa benda asing (trombus, embolus, tromboembolus)
Akibat: Gangguan aktivitas sel yg bersifat reversibel (degenerasi) maupun ireversibel (nekrosis)
c)      HIPOKSI
         Penurunan pemasukan oksigen ke jaringan di bawah kadar fisiologik, meskipun perfusi darah ke jaringan memadai.
Contoh: Anemia, Hb. Tidak normal, keracunan sianida, kegagalan transport oksigen pada infark jantung
         Iskemi dan hipoksi yg berkelanjutan terjadi kerusakan membran sel/inti sel.
         Jejas reversibel menjadi ireversibel

Kerusakan membran sel terjadi akibat:
  1. Kekurangan/habisnya ATP sel
  2. Fosfolipid membran hilang (sintesis turun, degradasi naik)
  3. Terbentuknya partikel lipid (asam lemak bebas, fosfolipid)
  4. Oksigen toksik (Superoksida)
  5. Perubahan sitoskelet
  6. Pecahnya lisosom
Kematian sel yg bersifat khas: nekrosis koagulatif = infark

JEJAS KARENA RADIKAL BEBAS
Radikal bebas (radicalis = kelompok atom yg masuk ke dalam dan dari senyawa kimia tanpa menimbulkan perubahan, dan membentuk salah satu unsur pokok molekul): mrpk bentuk radikal yg sangat reaktif dan punya waktu paruh sangat pendek (10 detik dlm larutan), membawa elektron yg tdk berpasangan
Sejenis bahan kimia yang mempunyai satu elektron tanpa pasangan pada orbit luarnya.
Contoh: Superoksida (O2-), Hidrogenperoksida (H2O2), ion hidroksil (OH-) berperan dalam jejas sel invivo
Radikal bebas lain: Fe+, Fe2+, NO2, NO3-, CCl3- dan Cl-.
Radikal Bebas mrpk molekul tidak stabil yg terus-menerus menyerang tubuh, dapat berasal dari:
  1.  Sinar matahari
  2.  Polusi
  3.  Asap rokok
  4.  Metabolisme normal
Efek Radikal bebas
  1.  Merusak protein
  2.  Merusak sel
  3.  Merusak jaringan dan organ tubuh
  4.  Menyebabkan penuaan
  5.  Perubahan degeneratif
  6.  Radang
  7.  Penyakit

Antioksidan:
Senyawa penetral radikal bebas, mencegah kerusakan tubuh dgn cara:
  1. Melindungi protein
  2. Melindungi sel
  3. Melindungi jaringan dan organ
Selain vit E,  yg termasuk antioksidan: Beta karoten (salah satu jenis karotenoid, merupakan pigmen tanaman berwarna kuning hingga merah.
Contoh: salak, jambu biji, semangka merah, mangga

TAHAPAN REAKSI JEJAS SEL AKIBAT RADIKAL BEBAS
  1. Intitiation : Permulaan terbentuknya radikal bebas
  2. Propagation : serangkaian reaksi yg berkembang akibat adanya radikal bebas
  3. Terminasi : pemusnahan atau inaktifasi radikal bebas oleh antioksidan endogen atau oksigen endogen atau eksogen, maupun enzim superoksida dismutase.

JEJAS SEL OLEH ZAT TOKSIK
Zat toksik : adalah zat yg secara langsung bersifat racun bagi sel, organ maupun sistem tubuh.
Etiologi:
  1. Endogen: Kegagalan metabolisme dalam tubuh
  2. Eksogen: Melalui saluran nafas, pencernakan, suntikan  maupun kontak langsung
Jenis:
  1. Larut dlm air, langsung merusak baik komp molekuler maupun organel sel
  2. Larut dalam lipid: biasanya tdk langsung merusak komponel sel, organ, sistem tubuh.

Nekrosis
Nekrosis adalah perubahan morfologik pada sel cidera letal karena degradasi progresif akibat kerja enzim. Kematian sel ini dapat mengenai seluruh tubuh atau kematian umum dapat pula setempat
Jejas ireversibel berakibat pada kematian sel (nekrosis)
Istilah nekrobiosisdigunakan untuk kematian yang sifatnya fisiologik dan terjadi terus menerus/kontinue.
Golongan nekrosis
  1. Nekrosis koagulatif (pembekuan)
            Pembekuan protein intrasel
            Proses denaturasi protein lebih banyak daripada proses digesti sel oleh enzim.
            denaturasi protein adalah perubahan protein dari bentuk cair menjadi kental.
            Daerah yang terkena menjadi padat, pucat dikelilingi oleh daerah yang hemoragik.
            Etiologi: toksin bakteri virulensi tinggi, oklusi (penutupan) pembuluh darah
Contoh pada infeksi Salmonella typhosa otot rektus abdominalis terjadi degenerasi hyalin (waxy)
  1. Nekrosis colliquative (mencair)
terjadi pada waktu yg lebih cepat, akibat dari enzim yg bersifat litik. Sering terjadi pada otak yang mengalami radang supuratif (berisi pus) disebabkan enzim proteolitik PMN yg merusak jaringan.
  1. Nekrosis kaseosa (perkijuan) khas untuk TB. Merupakan proses coliquative karena infeksi bacteri TB. Infeksi bakteri ini dpt membentuk sarang-sarang necrosis dgn membentuk suatu masa yg rapuh, berbutir, berlemak, putih, kuning seperti kiju.
  2. Nekrosis lemak;
            Merupakan nekrosis yg terjadi pada lemak.
            terdiri dari:
a) Enzimatis fat necrosis. Terjadi pada pankreas, bila pankreas meradang akan dikeluarkan enzim pencernaan terutama lipase, shg lemak dalam perut akan dicerna lipase. Dibebaskannya asam lemak bebas dan ion K akan mengikat asam tersebut shg terbentuklah massa putih seperti kapur.
b) Traumatic fat necrosis. Terjadi pada kelenjar mamae, bila terjadi trauma, asam lemak akan dibebaskan, terjadi infeksi dan lisis oleh enzim-enzim yang dihasilkan bakteri.
  1. Nekrosis fibrinoid (Bukan proses nekrosis sejati), contoh adanya masa fibrin akibat rembesan plasma pada dinding arteriola

Gangren
l  Kematian sel dalam jumlah besar, diikuti dengan hilangnya perdarahan (nutrisi) yg disertai dengan infeksi bakteri dan pembusukan oleh kuman saprofit yg bersifat sakarolitik dan proteolitik.
l  Jaringan yg mengalami gangren berwarna kehijauan atau kehitaman dan berbau busuk.

Apoptosis (Program Cell Death)
Kematian sel yg terprogram
l  Fisiologik: pada embriogenesis
l  Patologi: proses atropi dari susunan endokrin, obstruksi sal. ekskresi dgn dampak pada susunan kelenjar terkait

PERUBAHAN POSTMORTEM
Mati: berhentinya seluruh aktivitas kehidupan.
Mati suri: serupa mati tetapi masih bisa diatasi dgn alat bantu (aktivitas organ melemah, aktivitas susunan saraf pusat masih tampak)
Koma: tidak sadar diri krn gangguan SSP akibat trauma kepala berat
Perub postmortem dipengaruhi oleh:
  1. Ada tidaknya penyakit infeksi
  2. Ketegangan jiwa menjelang kematian
  3. Perbedaan suhu badan dgn suhu sekitar, dsb.
            Pemeriksaan pada mayat ditemukan keadaan sbg berikut:
  1. Algor mortis, perub suhu menjadi lbh kurang sama dgn suhu sekeliling akibat berhentinya kegiatan metabolisme
  2. Rigor mortis (kaku mayat) terjadi 2-3 jam sesudah kematian akibat dari aglutinasi dan presipitasi protein otot, hilang sth 2-3 hari
  3. Livor mortis (lebam mayat) warna merah tua keunguan didasari proses hemolisis darah yg terkumpul di bagian terbawah posisi mayat pertama terletak.

Kalsifikasi
Proses diendapkannya Ca dlm jaringan.
2 Jenis:
  1. Kalsifikasi fisiologik: pembentukan tulang
  2. Kalsifikasi patologik
  1. Metastatik, terjadi pada hiperkalsemi (pd hipertiroiid, tumor tl, demineralisasi tl)
  2. Distrofis: kalsifikasi pada jaringan yg telah rusak sebelumnya
  3. Kalsinosis terjadi pd jar normal atau yg menunjukkan kerusakan sistemik (setempat/seluruh tubuh).
  4. Heterotropik: fibroblas metaplasi menjadi osteoblas
  5. Kalsifikasi pembuluh arteri: arteriosklerosis.

GANGGUAN METABOLISME AKIBAT DEFISIENSI MINERAL DAN VITAMIN
Metabolisme: keseluruhan proses fisik dan kimia dimana bahan hidup yang diorganisasi, dihasilkan dan dipertahankan (anabolisme) dan juga ditransformasi dimana energi digunakan untuk organisme (katabolisme).
l  Sebagai katalisator : enzim
l  Sebagai regulator : hormon, makanan
Sifat gangguan metabolisme : enzimatik (genetik), hormonal (genetik, acquired), diet tdk seimbang atau kombinasi ketiga faktor tsb.
l  Manifetasi : sistemik (seluruh tubuh) atau penyakit pada sistem organ tertentu.
l  Patogenesis : Manifestasi klinik timbul karena kelebihan atau defisiensi zat esensial, dan atau akibat terbentuknya metabolit (produk metabolisme) yang tidak sempurna.

1 komentar:

shelly juliana a mengatakan...

good.. good..
lanjutkan na..!!
smangat bikin materi bwt blognya.. :D

Posting Komentar

 

Photobucket
Photobucket
Photobucket